BERITAKabupaten Pohuwato

Slow Living: Melambat untuk Menikmati Hidup

×

Slow Living: Melambat untuk Menikmati Hidup

Sebarkan artikel ini

Duapena.id, Opini – Tadi malam, di sebuah warung kopi (warkop), saya memperhatikan seseorang yang bekerja dengan ritme begitu cepat. Pandangannya terpaku pada layar laptop, jemarinya terus bergerak di atas keyboard.

Ia tidak hanya mengetik dengan cepat, tetapi juga membuka lembaran-lembaran kertas yang bertumpuk secara tergesa-gesa, seolah setiap halaman adalah beban yang harus segera di selesaikan.

Sesekali, ia melirik jam tangan dengan wajah penuh kegelisahan. Di atas meja, secangkir kopi panas tergeletak tak tersentuh, seakan menjadi saksi bisu dari ketergesaan yang melingkupinya.

Pemandangan ini mengusik pikiran saya. Mengapa kita sering merasa harus selalu terburu-buru? Apakah hidup hanya tentang berpacu dengan waktu? Dari kontemplasi ini, lahirlah gagasan singkat ini, melambat untuk menikmati hidup. sebuah refleksi  yang berakar pada filosofi slow living yang diperkenalkan oleh Carl Honore.

Kita semua sepakat bahwa Waktu adalah salah satu konsep paling mendasar dalam kehidupan manusia. Ia terus bergerak tanpa henti, tanpa menunggu siapa pun. Dalam pengertian sederhana, waktu adalah rangkaian momen yang terus berlalu. Waktu adalah ruang yang kita miliki untuk merasakan menciptakan, dan menjalani hidup.

Baca Juga :  CEO Silicon Valley Bridge Bank Meminta Pelanggan untuk menyetor ulang dana Mereka

Setiap detik Waktu yang berlalu adalah bagian dari kehidupan kita, dan bagaimana kita memanfaatkannya sangat memengaruhi kualitas hidup kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang-orang yang bekerja dengan ritme sangat cepat. Namun, kebiasaan ini kerap membawa dampak buruk. Stres dan kecemasan menjadi hasil dari gaya bekerja seperti ini.

Meskipun tampaknya banyak hal telah diselesaikan, hasilnya sering kali tidak memuaskan. Ritme yang cepat dan penuh ketergesaan sering merusak kualitas pekerjaan karena kita tidak memberikan cukup waktu untuk berpikir jernih atau memperhatikan detail. Dalam upaya mengejar waktu, kita justru kehilangan ketelitian dan kedalaman analisis, yang pada akhirnya membuat pekerjaan terasa lebih berat dan hasilnya kurang optimal.

Carl Honore Dalam bukunya In Praise of Slow, mengagas dan memperkenalkan konsep yang menekankan pentingnya memperlambat ritme kehidupan modern.

Baca Juga :  Perpisahan Kapolsek Paguat Iptu Barthel Tomboto S.H: Banyak Kebaikan Yang di Kenang Masyarakat

Ia mengkritik budaya “kultus kecepatan,” yang mendorong kita melakukan segalanya dengan cepat tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kualitas hidup.

Carl Honore berpendapat bahwa kita sering terjebak dalam kecepatan yang tidak memberikan kepuasan dan justru mengabaikan nilai dari setiap momen.

Dalam konteks ini,  Filosofi slow living menekankan pentingnya memberi waktu untuk diri sendiri, memperlambat langkah, dan benar-benar merasakan setiap pengalaman. Dengan melambat, kita tidak hanya mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik tetapi juga menjalani hidup yang lebih penuh makna.

Saat ini Di tengah tekanan budaya modern yang mengagungkan kecepatan, kita sering lupa untuk menikmati waktu yang kita miliki. Dunia yang serba terburu-buru, jadwal yang padat, notifikasi yang tiada henti, dan ekspektasi untuk selalu tampil “aktif”, membuat kita merasa seperti terus berlari tanpa jeda. Bahkan waktu istirahat sering kali diselingi oleh pekerjaan atau distraksi digital, menjadikan hidup ini seperti serangkaian aktivitas tanpa henti. Carl Honore menyebut fenomena ini sebagai “kultus kecepatan,” yakni sebuah kecenderungan untuk percaya bahwa lebih cepat selalu lebih baik. Namun, Jika kita menyadari justru memperlambat langkah, kita bisa menemukan kedamaian dan kualitas dalam setiap detik kehidupan.

Baca Juga :  Kades Patilanggio Beri Apresiasi: Program Jum'at Berkah Penambang

Pada akhirnya, mungkin yang kita butuhkan bukanlah percepatan, tetapi kesadaran untuk berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan menghargai momen yang ada. Dengan melambat, kita tidak hanya memberi ruang bagi diri sendiri untuk menikmati hidup, tetapi juga membuka kesempatan untuk menghasilkan karya yang lebih bermakna, lebih tulus, dan lebih berkualitas. Sebab, Hidup bukanlah tentang seberapa cepat kita mencapai tujuan, tetapi tentang apa yang kita rasakan dan pelajari sepanjang perjalanan.

Wallahu a‘lam bishawab, Semoga kita semua senantiasa diberikan hikmah dan kebijaksanaan untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *