Dari Taufik Usman Bendum Karang Taruna
Duapena.id, Aksi bisu yang dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pohuwato dengan tajuk “Suara yang Terbakar, Luka yang Dibungkam” bukan sekadar simbol protes biasa. Ini adalah jeritan sunyi dari generasi muda yang menyaksikan ketidakadilan berlangsung di depan mata, namun dibalas dengan kebisuan negara. Di balik diamnya aksi itu, tersimpan kemarahan yang dalam terhadap matinya nurani, tumpulnya keadilan, dan terbunuhnya harapan rakyat kecil.
Mengapa harus bisu? Karena hari ini, berbicara pun bisa dianggap melawan. Karena menyampaikan aspirasi bukan lagi hak, tapi risiko. Aksi ini adalah respons terhadap situasi sosial-politik yang kian menyesakkan: di mana suara rakyat dianggap bising, dan luka masyarakat dianggap tak penting. Maka, mereka memilih diam namun diam yang mengguncang.
HMI Cabang Pohuwato telah memberi pesan kuat bahwa suara mahasiswa tidak selalu harus dilantangkan dengan orasi. Kadang, diam bisa lebih menggetarkan. Di tengah apatisme dan pembungkaman, aksi bisu ini justru menampar keras wajah-wajah kekuasaan yang sudah tuli terhadap jeritan rakyat. “Suara yang terbakar” melambangkan semangat yang terus dikoyak oleh ketidakadilan, sementara “luka yang dibungkam” menjadi metafora nyata bagi masyarakat yang dirugikan tapi tak lagi punya ruang untuk bersuara.
Aksi ini juga menjadi kritik tajam terhadap lemahnya keberpihakan negara pada korban-korban ketidakadilan, terutama dalam isu-isu krusial seperti tambang ilegal, konflik agraria, atau kriminalisasi aktivis. Pohuwato bukan sekadar lokasi geografis; ia adalah cermin ketimpangan dan kebungkaman yang terjadi di banyak wilayah Indonesia.
Apakah aksi bisu ini akan didengar? Barangkali tidak hari ini. Namun, sejarah selalu berpihak pada mereka yang berani melawan lupa. Dan HMI Cabang Pohuwato sudah mencatatkan dirinya sebagai bagian dari perlawanan itu meski dengan cara yang sunyi.
Maka dari itu, kita semua ditantang: apakah kita akan terus menjadi penonton dari drama pembungkaman ini, atau justru menjadi suara yang tak bisa lagi dibungkam?