Oleh: Moh Irfandi Djumaati (Mahasiswa/Masyarakat)
Duapena.id, Opini – Pada tanggal 14 Juni besok hari, Kabupaten Pohuwato akan menjadi tuan rumah ajang lari skala regional bertajuk “Pohuwato Half Marathon 2025”. Kegiatan ini diprakarsai oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Pohuwato dalam rangka memperingati HUT ke-53 organisasi tersebut, dengan tujuan utama mempromosikan destinasi wisata Pantai Pohon Cinta, mendorong gaya hidup sehat, serta menggerakkan perekonomian lokal.
Secara umum, kegiatan ini membawa harapan akan adanya sinergi antara olahraga, pariwisata, dan pembangunan daerah. Namun demikian, penting untuk meninjau secara serius apakah event ini benar-benar mampu mengakselerasi agenda strategis daerah, atau justru hanya menjadi euforia sesaat yang minim kontribusi struktural terhadap masyarakat setempat.
Pariwisata dan Ketimpangan Infrastruktur
Salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah promosi wisata Pantai Pohon Cinta. Tetapi, berdasarkan observasi lapangan dan dokumentasi visual beberapa tahun terakhir, kawasan wisata ini masih menghadapi keterbatasan infrastruktur dasar, seperti sanitasi, fasilitas parkir, serta ruang publik yang representatif. Padahal, daya tarik wisata tidak semata pada lanskap alam, melainkan juga pada kenyamanan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan destinasi.
Tanpa perbaikan sarana dan prasarana yang menyeluruh, kegiatan semacam ini berisiko hanya menampilkan citra pariwisata yang semu. Hal ini berpotensi menciptakan disonansi antara ekspektasi pengunjung luar daerah dan kenyataan kondisi di lapangan, yang pada akhirnya dapat merugikan reputasi daerah itu sendiri sebagai destinasi wisata unggulan.
Ekonomi Lokal: Inklusif atau Tertutup?
Retorika yang sering dikumandangkan adalah bahwa event semacam ini dapat menggerakkan ekonomi lokal. Tapi pertanyaannya: ekonomi lokal yang mana, dan siapa yang paling diuntungkan?
Literatur menunjukkan bahwa dampak ekonomi dari event olahraga terhadap UMKM hanya signifikan jika ada pelibatan langsung dalam rantai pasok acara, seperti konsumsi, transportasi, penginapan berbasis rumah warga, atau produksi cendera mata lokal (Lembaga Demografi UI, 2022). Di Pohuwato, realitasnya menunjukkan bahwa sektor UMKM masih menghadapi hambatan besar, terutama dalam akses pembiayaan dan pemasaran. Data Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pohuwato (2023) menyebutkan bahwa 80% pelaku UMKM belum terhubung dengan lembaga keuangan formal dan sangat bergantung pada pasar lokal yang terbatas.
Tanpa kebijakan afirmatif yang menjamin keterlibatan pelaku usaha lokal, event ini justru bisa menjadi ruang dominasi vendor luar daerah, sehingga manfaat ekonomi yang diharapkan justru terserap keluar dari daerah.
Gaya Hidup Sehat atau Gaya Hidup Elitis?
Promosi gaya hidup sehat adalah narasi utama yang diangkat oleh para penyelenggara. Namun demikian, kegiatan ini justru berpotensi mengasingkan masyarakat kelas bawah dari partisipasi aktif. Biaya pendaftaran, perlengkapan standar lomba, dan transportasi menuju lokasi merupakan pengeluaran yang tidak sepele bagi masyarakat akar rumput. Merujuk data BPS Provinsi Gorontalo (2024), rata-rata pendapatan rumah tangga di Kabupaten Pohuwato hanya sekitar Rp2,5 juta per bulan, angka yang belum mencukupi untuk mendukung partisipasi masyarakat dalam ajang semacam ini tanpa dukungan khusus.
Dengan demikian, alih-alih mendorong gaya hidup sehat yang inklusif, kegiatan ini justru bisa memproduksi eksklusivitas sosial, di mana hanya kalangan menengah ke atas, terutama dari luar daerah, yang mampu terlibat secara penuh. Masyarakat lokal pun berisiko hanya menjadi penonton di wilayahnya sendiri.
Risiko Ekologis dan Minimnya Edukasi Lingkungan
Salah satu aspek yang luput dari perhatian publik adalah dimensi ekologis dari kegiatan ini. Pantai Pohon Cinta merupakan kawasan pesisir yang rentan terhadap pencemaran, degradasi lingkungan, serta tekanan akibat lonjakan aktivitas manusia. Tanpa sistem mitigasi yang terencana, seperti pengelolaan sampah, pembatasan zona aktivitas, serta edukasi ekologis kepada peserta dan para pengunjung, maka dampak negatif lingkungan tidak dapat dihindari.
Sampai saat ini belum ada informasi resmi mengenai regulasi lingkungan yang diterapkan dalam kegiatan ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah panitia telah menyusun strategi mitigasi lingkungan secara memadai? Apakah ada pengawasan atas aktivitas peserta? Dan apakah masyarakat turut dilibatkan dalam edukasi atau pelestarian kawasan pesisir?
Figur Publik dan Distorsi Makna Kegiatan
Kehadiran selebritas nasional seperti Gisella Anastasia (Gisel) dalam acara ini turut menimbulkan perdebatan publik. Dari sudut pandang akademik, pemilihan duta acara seharusnya memiliki relevansi kuat terhadap pesan inti kegiatan, yakni olahraga, pemberdayaan pemuda, dan promosi lokalitas. Ketidakhadiran keterkaitan antara latar belakang publik figur dengan substansi acara berisiko menggeser fokus kegiatan dari esensi ke popularitas semata.
Ini bukan sekadar masalah simbolik, melainkan berkaitan erat dengan arah kebijakan komunikasi publik dan bentuk representasi nilai yang disampaikan kepada generasi muda dan masyarakat luas. Alih-alih menjadi ajang inspiratif yang menampilkan tokoh lokal berprestasi atau atlet muda daerah, panggung utama justru dipenuhi oleh sosok yang tidak memiliki kontribusi nyata terhadap pengembangan olahraga, kesehatan, maupun identitas lokal.
Pada hakikatnya, Pohuwato Half Marathon 2025 memiliki potensi besar sebagai ajang penguatan ekonomi, promosi wisata, dan pemutakhiran gaya hidup sehat. Namun potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila kegiatan ini dirancang secara inklusif, berkelanjutan, dan berbasis pada realitas lokal.
Perlu evaluasi menyeluruh dari sisi infrastruktur wisata, partisipasi UMKM, aksesibilitas kegiatan bagi masyarakat bawah, serta aspek keberlanjutan lingkungan. Di saat yang sama, pemilihan figuxr publik dalam ruang-ruang strategis perlu dikaji lebih dalam agar sejalan dengan pesan substantif kegiatan.
Jika tidak, acara ini berisiko hanya menjadi panggung pencitraan, yang meninggalkan jejak kaki di aspal dan tumpukan sampah di pantai, bukan jejak perubahan yang hakiki bagi pembangunan Kabupaten Pohuwato.